PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH DASAR.

0

Posted by yun_yun | Posted in

A. Judul

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SEKOLAH DASAR.

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Karang Jaya II Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang)

B. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran matematika di sekolah dasar pada saat ini masih belum memenuhi sasaran yang diharapkan, sehingga banyak siswa yang menghindari pelajaran matematika, Kondisi seperti ini berakibat tidak baik bagi kondisi perkembangan matematika. Terdapat banyak kendala yang di hadapi oleh guru maupun oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika, sehingga prestasi siswa dalam pelajaran matematika menjadi rendah. Beberapa kendala itu, diantaranya adalah siswa tidak memahami konsep matematika karena materi pelajaran yang diberikan terlalu abstrak dan kurang menarik serta kurangnya contoh yang diapliksikan dalam kehidupan sehari-hari mereka, metode penyampaian yang terpusat pada guru sementara siswa cendrung pasif.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terasa membosankan, menakutkan dan sukar untuk dipahami oleh sebagian siswa. Proses pembelajaran matematika biasanya diawali dengan pengenalan dan pengembangan konsep, kemudian siswa dilatih mengerjakan soal dengan aturan dan rumus matematika yang telah dijelaskan. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan matematika yang diamanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika bahwa yang menjadi prioritas utama dalam pembelajaran matematika harus menyenangkan, artinya ada keterkaitan antara hakikat matematika dengan hakekat siswa baik pengalaman sehari-hari atau kemampuannya sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan matematika masih terus dilakukan. Dalam bidang kurikulum, misalnya pemerintah telah berupaya memperbaiki keadaan dengan memberlakukan kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang memuat didalamnya kompetensi dasar dan materi pokok. Untuk pelajaran matematika, kompetensi dasar matematika ini dapat diklasifikasikan dalam aspek yaitu: pemahaman, penalaran, pemecahan masalah, melakukan koneksi matematika, dan melakukan komunikasi matematika (mathematical communication)

Salah satu kompetensi dasar matematika yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan komunikasi. Kemampuan komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang mencakup keterampilam/kemampuan menulis, membaca, diskusi and assessing, dan wacana (discourse). Pressini and basset (dalam NCTM, 1996) berpandapat bahwa “ tanpa komunikasi matematik, kita akan memiliki sedikit keterangan data, dan kurangnya fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika”. Ini artinya, komunikasi dalam menginterpretasi dan mengapresiasikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.

Mengajarkan matematika mengandung makna aktifitas guru mengatur kelas dengan sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar matematika dengan baik. Selain itu guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika. Artinya belajar matematika bukan sekedar memindahkan pengetahuan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan dan mengkonstruksi kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Karena itu siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dibawah bimbingan guru.

Agar siswa bisa termotivasi, menyenangi pelajaran matematika, dan dapat dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematiknya, maka diperlukan usaha untuk menciptakan suatu pembelajarn matematika yang menyenangkan, menjadikan siswa lebih aktif dengan cara mengaplikasikan pembelajaran itu dengan kehidupan nyata (real). Salah satu pendekatan yang dapat membantu siswa dalam memahami matematika dan yang berorientasi pada matematisi kehidupan sehari-hari adalah pendekatan realistik atau Realistic mathematic Education (RME). Dengan menggunakan pendekatan realistik, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual atau dunia nyata, hal-hal yang kongkrit sesuai dengan realita keseharian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat De Lange (1987) sebagai berikut:

Dalam Realistic Mathematics Education bahwa pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual atau dunia nyata sehingga siswa dapat mengaplikasikan konsep matematika dengan dunia nyata (Applied Mathematics) oleh karena itu untuk membuktikan konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari (Mathematics Of Everyday Experience)

Dalam pendekatan realistic mathematics education (RME), guru bukan hanya mentransfer atau memberikan ilmu dengan berbagai konsep saja, dan guru tidak hanya mementingkan diri sendiri dengan menjalankan tugas dan memberi materi dan penilaian sesuai kurikulum, tetapi kualitas dan kuantitas siswa diragukan karena tidak semua siswa paham dan mengerti dengan materi yang telah disampaikan oleh guru. Pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia, berarti matematika harus dekat dengan peserta didik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat melatih dapat melatih daya pikir siswa dalam mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematiknya.

Berdasakan latar belakang masalah tersebut, penulis berpandangan perlu diadakannya penelitian dengan memberikan alternative yaitu dengan Penerapan Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa di Kelas IV SDN Karang jaya II.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, secara umum permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa kelas IV SDN Karang Jaya II sebelum menggunakan pendekatan realistic?

2. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa kelas IV SDN Karang Jaya II dengan menggunakan pendekatan realistik?

3. Bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa kelas IV SDN Karang Jaya IIsetelah menggunakan pendekatan realistic?

D. Tujuan dan Manfaat penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik. Secara khusus tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa kelas IV SDN Karang Jaya II sebelum menggunakan pendekatan realistic?.

b. Mengetahui bagaiman kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV SDN Karang Jaya II dengan menggunakan pendekatan realistik?

c. Mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi matematik siswa kelas IV SDN Karang Jaya II setelah menggunakan pendekatan realistik?

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan realistik antara lain sebagai berikut:

· Bagi peserta didik

1. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan realistik.

2. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika melalui penerapan Pendekatan realistik.

3. Menghilangkan paradigma takut pada diri siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan realistik.

· Bagi guru dan peneliti

1. Guru dapat memperoleh gambaran hasil pembelajaran matematika sebelum dan sesudah penerapan pendekatan realistic untuk perbaikan proses belajar.

2. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan realistic

E. Klarifikasi Konsep

Untuk menghindari kesalahan persepsi dan memberikan arti-arti terhadap istilah-istilah yang diteliti, maka pada bagian ini akan dijelaskan secara spesifik terhadap istilah-istilah yang dianggap penting. Diantaranya yaitu :

1. Kemampuan Komunikasi Matematik

Kemampuan Komunikasi Matematik adalah kemampuan untuk mengutarakan gagasan atau menghubungkan gagasan gagasan yang satu dengan yang lain, yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:

1) Mengubungkan benda nyata, gambar, diagram, kedalam ide matematika.

2) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan symbol.

2. Pendekatan Realistik Matematika

Pendekatan Realistik Matematika adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari kehidupan nyata bagi siswa yang kemudian dihubungkan dengan konsep-konsep matematika. Suharta, TT (Nachrowie, Adji, 2006:26) mengungkapkan bahwa:

Matematika realistic adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan “process of doing mathematic”, berdiskusi dan kolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika iti untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.

F. Kajian Teori

1. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa latin yang mulanya diambil dari bahasa yunani mathematike yang berarti mempelajari. Yang mempunyai asal kata yaitu mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lain yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan perkataannya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar).Menurut james dan james (1976)

“matematika adalah ilmu tentang logika,mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Tetapi ada yang mengatakan bahwa matematika terbag menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, analisis, dan geometris, dengan aritmatika mencangkup teori bilangan dan statistika”.

2. Komunikasi matematika

Komunikasi adalah cara berbagi ide-ide dan memperjelas pemahaman, maka melalui komunikasi ide-ide direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan diubah. Salah satu standar kurikulum yang dikemukakan oleh NCTM (National Council of Teachers of Matematiks) komunikasi matematika atau mathematical communication yang bertujuan membantu siswa untuk: 1) mengatur dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi; 2) mengkomunikasikan mathematical thinking secara koheren (tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan orang lai; 3) menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain; dan 4) menggunakan bahasa matematika dan mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.

Indicator kemampuan komunikasi siswa untuk tingkat sekolah dasar, yaitu; 1) menghubungkan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide-ide matematika; 2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda-benda nyata, gambar, grefik dan aljabar; 3) menyatkan pristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol-simbol matematika; 4) mendengar berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

3. Pendekatan Realistik Matematika

Realistic mathematics education, yang diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistik (PMR) adalah sebuah pendekatan belajar matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dan Freundenthal Institute, Utrecht University di negeri Belanda. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal (1905 – 1990) bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Di sini matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah (Dolk, 2006). Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah bimbingan guru. Menurut Becker dan Selter (Klein, 1998) yang menyatakan bahwa “pengajaran matematika tidak hanya sebagai tempat belajar dan memberikan stimulus kepada para siswa, tetapi mereka merupakan subjek yang aktif dan perlu diberi kesemapatan untuk mengkonstruksi pengetahuan matematikanya”. Hal yang sama diungkapkan oleh Suharta, TT (Nachrowie, Adji, 2006:26) bahwa:

Matematika realistic adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan “process of doing mathematic”, berdiskusi dan kolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika iti untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok.

Bebarapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto

(2000:7) adalah sebagai berikut:

a. Masalah kontekstual yang realistik (realistik contextual problems) digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.

b. Siswa menemukan kembali ide konsep, dan prinsip, atau model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru atau temannya.

c. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka temukan (biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya maupun hasilnya).

d. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa yang telah dihasilkan, baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.

e. Siswa di bantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang memang ada hubungannya.

f. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasilhasil dari pekerjaanya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang lebih rumit.

g. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan)

4. Hubungan pendekatan relistik matematika dengan kemampuan komunikasi matematika

Pendekatan realistic yang digunakan pada pembelajaran matematika memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan idenya dalam mencari strategi pemecahan masalah matematika, berdiskusi dengan temannya serta mengkomunikasikan penalarannya. Dengan menerapkan pendekatan ini, peran guru adalah sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator. Sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan penalarannya, dan melatih suasana demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain. Sehingga, terdapat hubungan antara pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan realistic dengan kemampuan komunikasi matematik siswa, yaitu adanya aktifitas siswa dalam pembelajaran matematika yang diatur sehingga mereka dapat berinteraksi dengan temannya, melalui kegiatan diskusi.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian terhadap proses pembelajaran, dilakukan dikelas dengan tindakan-tindakan, sehingga penelitian ini dikenal dengan nama Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Class Room). Pendidikan ini berkaitan dalam kawasan sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.

Menurut Burhanuddin (2009:16) metode penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara-cara baru untuk memecahkan masalah dengan penerapam langsung di lapangan atau di dunia kehidupan nyata seperti penelitian tentang pengembangan model pembelajaran Agama, IPA, IPS, olah raga, bahasa, matematika, dan atau mata pelajaran lainnya di sekolah dasar, ataupun ditingkat yang lebih tinggi.

Sedangkan Menurut Kemmis dan MC Taggart dalam Kasihani Kasbolah 1998:14 mengemukakan bahwa : “ Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya ini serta dimana pekerjaan ini dilakukan”. Selanjutnya pada bagian lain Kemmis dan MC Taggart dalam Kasihani Kasbolah 1998:14 mengemukakan bahwa : “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam aspek spiral.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini mengembangkan hal yang lazim dalam penelitian tindakan kelas yaitu berbentuk siklus. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses dan hasil pembelajaran. Pada kegiatan ini peneliti secara langsung melibatkan diri secara aktif dan intensif dalam kegiatan penelitian.

Penelitian tindakan kelas merupakan tahap dimana penelitian yang berkolaborasi dengan guru kelas dan siswa sebagai subjek penelitian melakukan tindakan-tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam bentuk ini tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas dimana guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Adapun langkah-langkah siklusnya adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan,

2) pelaksanaan Tindakan,

3) Observasi,

4) Refleksi

Text Box: Rencana tindakan

Pelaksanaan (action)


releksi

siklus SIKLUS PERTAMA


Text Box: Rencana tindakan

Pelaksanaan (action)

refleksi


SIKLUS KEDUA

observasi


Text Box: Rencana tindakan

refleksi

Pelaksanaan (action)


SIKLUS KETIGA

SIKLUS BERIKUTNYA


3. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan mengacu pada model penelitian tindakan kelas (Action Research) yang berbentuk siklus, yang bergerak spiral yang direncanakan terdiri dari tiga siklus, pada siklus pertama akan dilaksanakan empat tindakan sedangkan siklus selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan. Penelitian ini mengikuti alur yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi.

4. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Karang jaya II Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang.

Adapun Alasan pemilihan sekolah ini adalah;

a. masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep penjumlahan bilangan bulat,

b. kurangnya penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika,

c. adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru setempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

H. Instrumen Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Moleong L. (Burhanuddin, 2009:23) mengungkapkan bahwa yang dimaksud data adalah bahan-bahan kasar (mentah) yang dikumpulkan pra-riset dari dunia lapangan yang ditelitinya. Selanjutnya Moleong L. (Burhanuddin, 2009:23) mengungkapkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lian. Sumber data yang diperoleh berasal dari guru dan siswa kelas IV SDN Karang jaya II Ds. Karang jaya Kec. Tirtamulya, dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 50 orang siswa, dengan rincian 22 orang siswa laki-laki dan 28 orang siswa perempuan.

2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi partisipatif dan dokumen hasil praktek. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu: Lembar observasi, lembar wawancara, quisioner, evaluasi hasil belajar dan catatan lapangan.

Instrumen pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Lembar observasi.

Digunakan untuk mengamati rencana dan pelaksanaan pembelajaran peserta didik dengan pengunaan media gambar. Proses pembelajaran yang diamati antara lain peserta didik yang berkenaan dengan aspek-aspek pelaksanaan pengamatan, mengidentifikasi masalah dan membuat kesimpulan.

b. Pedoman wawancara.

Pedoman wawancara berfungsi untuk mengetahui bagaimana persepsi peserta didik tentang proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dengan penggunaan media gambar.

c. Quisioner

Digunakan untuk menjaring keabsahan data dan reliable (keajegan data) mengenai pendapat guru mitra penelitian, guru teman sejawat, kepala sekolah dan siswa tentang penggunaan media gambar.

d. Evaluasi hasil belajar.

Dilakukan untuk menjaring data validitas dan reliabilitas data mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik meliputi hasil post tes, tes formatif, pengamatan proses pembelajaran mengenai hasil belajar tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan penyebut yang sama dengan pendekatan realistik.

e. Catatan lapangan.

dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar obaservasi, seperti aktivitas siswa, reaksi mereka selama penelitian berlangsung dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi (Arikunto, 2006:78).

3 Pengolahan dan Analisis Data

Dari data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan data (Hatimah, I., 2007:197-199) sebagai berikut:

a. Pengeditan data, yaitu pemeriksaan atau koreksi dari data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data mentah.

b. Coding atau Transformasi data, yaitu pemberian kode-kode tertentu pada tiap-tiap data termasuk menberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode adalah simbol tertentu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data.

c. Tabulasi data, yaitu proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis.

Selanjutnya dilakukan analisis data berdasarkan data yang telah diperoleh pada studi pendahuluan. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:37), mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dlakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

I. Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan sebagai berikut:

Jenis Kegiatan

Januari

Februari

Maret

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

Penyusunan Proposal

X

X

Penyempurnaan

Proposal

X

X

X

Pemberitahuan (Izin) Pelaksanaan PTK

X

Penyusunan Desain Operasional (Persiapan PTK)

X

X

X

Pengembangan Instrumen Pelaksanaan PTK

X

X

X

X

Jenis Kegiatan

April

Mei

Juni

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

Siklus I

X

X

Siklus II

X

X

Siklus III

X

X

Pengumpulan data bukti Pendukung dan hasil Tindakan

X

X

Pengolahan dan Analisa data

X

X

Laporan Seminar

X

Revisi Laporan

X

X

Penyerahan Laporan

X

J. Daftar pustaka

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Djaramah Syaiful B, Zain Aswan (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hammad. (2009 ). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) . [Online]. Tersedia:http//h4mm4d.wordpress.com.2009. [20 Desember 2010].

Hatimah, Ihat. Dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI PRESS

Hermawan R, Mujono, & Suherman A. ( 2007 ). Metode Penelitian pendidikan Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS

Jurotun Guru. (2008). Pendidikan Matematika Realistik. [Online]. Tersedia:http//JurotunGuru.wordpress.com.(2008).[20 desember 2010]

Suwangsih E, Tiurlina. ( 2007 ). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.