matematika dalam pembelajan model tematik

Posted by yun_yun | Posted in

Hakikat pendekatan tematik dalam pembelajaran Matematika dan kesesuaiannya
dengan tuntutan KBK
Pendekatan tematik dalam pembelajaran sebenarnya bukanlah suatu yang baru.
Namun demikian, pendekatan ini semakin mendapat penekanan seiring dengan diterapkannya
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di Indonesia. Disamping itu, dengan adanya tuntutan
perubahan paradigma pembelajaran, terutama akibat semakin dominannya pengaruh
pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran. KBK yang sering diklaim mengadopsi
philosopi konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered) yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan mereka secara mandiri sesuai dengan pengalaman, kemampuan dan tingkat
perkembangan individual siswa, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Dalam rangka mengakomodasi (perbedaan) karakteristik individual peserta didik, maka
pembelajaran hendaknya dirancang dan dilaksankan secara kontekstual, antara lain dengan
menggunakan sumber dan lingkungan belajar yang dekat dengan kehidupan peserta didik
sehari-hari. Bahan atau pokok-pokok bahasan pun hendaknya dikemas sedemikian rupa,
sehingga dekat dengan kehidupan siswa. Salah satu cara untuk itu adalah dengan mengemas
pokok-pokok bahasan, beserta kompetensi-kompetensi yang berkaitan dalam suatu tema yang
menarik yang dekat dengan kehidupan siswa. Hal inilah yang dikenal dengan pendekatan
tematik dalam pembelajaran.
Dalam dokumen KBK dituliskan bahwa “Pembelajaran tematik merupakan suatu
Model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar“ (Depdiknas,
2002).
Secara umum, pembelajaran tematik hanya diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas
rendah (kelas I dan II), karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan
perkembangan mental, sosial, dan emosional (Depdiknas, 2002). Namun demikian, untuk
pembelajaran matematika pendekatan tematik bukan hanya cocok untuk kelas I dan II
Sekolah Dasar, tetapi cocok untuk semua SD, SMP dan bahkan SMA. Hal ini mengingat
karakteristik khas Matematika itu sendiri, yaitu memiliki content yang memuat bangunan Mathematics Education”, yang pada awalnya dikembangkan di Belanda oleh Freudenthal
mulai tahun 1973 dalam bukunya "Mathematics as an Educational Task” (Freudenthal,
1991) dan hingga kini telah diadopsi dibanyak negara, seperti di Amerika dalam bentuk
Mathematic in Context, bahkan termasuk di Indonseia melalui PMRI (Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia). Gerakan “Reaslistic Mathematics Education” ini semakin
memberikan benang merah untuk melakukan reorientasi pembelajaram Matematika (Sudiarta,
2005b). Reorientasi ini menuntut penyajian matematika lebih ramah, dekat dan
mempertimbangan kebutuhan dan kehidupan siswa sehari-hari,baik langsung maupun tak
langsung, lebih kontekstual dan lebih berorientasi pada pemecahan masalah dalam rangka
membangun kompetensi berpikir divergen, kretatif dan kritis serta produktif.

Comments (0)

Posting Komentar